Happy Monday…!!!
Apa kabar semua..?
semoga baik-baik saja.. 🙂
bagi yang sedang menjalankan ibadah puasa semoga lancar jaya dan amalnya diterima.. Amiin..
event Ramadhan asiknya adalah melakukan jalan-jalan..
eits..!! bukan ke Mall atau tempat yang enggak-enggak lho, nanti liat nganu-nganu, bikin nganu-nganu ntar nganu deh.. 🙄
ya baiknya sih safari Ramadhan, melawat dari Masjid ke Masjid..
untuk berdoa lho, bukan cari jodoh.. hi..hi..
“halah, kok berasa ngomongin diri sendiri ya” 🙄
sebenarnya beberapa hari yang lalu aku sudah berencana ke Surabaya,
untuk liat-liat Masjid yang unik di kota Buaya itu..
tapi karena satu dan lain hal, akhirnya batal..
apakah akhirnya aku sedih..?
enggak sodara-sodari, bahkan Senyumku tambah lebar..
kenapa eh kenapa..?
karena eh karena itu merusak pikiran.. *tsah kayak lagu dangdut aja* 😀
serius nih, soalnya aku dapat kiriman tulisan dari ownernya TV, yaitu wanita berkerudung merah..
wuiii…. asseeeekkk…!!
hmm… ini merupakan sejarah baru untuk Blog ini, ada seorang penulis tamu..
selamat untuk Bu Tutinonka karena udah menjadi yang pertama.. 😉
meskipun nama beliau sudah terkenal di seantero dunia perblogeran, tak ada salahnya saya perkenalkan sedikit..
..
Bu Tuti asli Jogja, wong jowo tulen..
bekerja sebagai staff pengajar di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta..
Master Manajeman Konstruksi dan hampir dikit lagi jadi doktor lho.. Amiin..:)
seorang penulis handal yang sudah nerbitin 4 novel dan udah bikin sekitar 100an cerpen, wow..
punya hobby singing, dancing, writing, bloging, traveling, kopdaring, nyopiring.. hayah…!!
Yang pasti orangnya baek hati, ramah, low profile, down to earth, suka berbagi. Sayangnya satu, gak begitu bisa masak..hi..hi.. Piss Buk..
Udah ah, daripada nanti dibilang sok kenal sok deket, mending langsung aja kita simak liputan Bu Tuti waktu melawat ke Masjid-Masjid di kotanya para bunga Bangsa..
Yuks… mariii….
-AtA-
******************************************************************************************
Masjid, sebagaimana gereja, kuil, vihara, candi, dan tempat peribadatan lainnya, selalu dibuat semegah dan seindah mungkin oleh masyarakat yang mendirikannya. Sangat masuk akal, karena tempat ibadah adalah manifestasi rasa cinta manusia kepada Tuhan, ekspresi dari ikatan ruhani yang paling dalam dari manusia dengan Sang Pencipta, sehingga manusia akan mengerahkan segala yang terbaik untuk mewujudkannya. Apakah Tuhan akan memberikan rahmat yang lebih besar bagi tempat ibadah yang lebih megah dan indah? Tentu saja tidak. Tuhan mencintai keindahan, namun keindahan terbaik yang dicintai Tuhan adalah keimanan dari makhlukNya. Adapun keindahan fisik masjid, manusialah yang membutuhkannya.
Di Surabaya, saya menjumpai tiga buah masjid dengan karakter yang berbeda, dan semua menampilkan keindahannya masing-masing. Keindahan yang sesuai dengan masyarakat yang mendirikannya, dan menggunakannya untuk beribadah, untuk bersujud dan berdialog dengan Allah SWT. Ketiga masjid tersebut adalah Masjid Al-Akbar, Masjid Ampel, dan Masjid Cheng Ho.
Mari kita tengok ketiga masjid yang istimewa ini …
MASJID AL AKBAR
Sesuai dengan namanya, masjid yang terletak di Pagesangan ini sungguh besar dan indah. Kubahnya yang berwarna hijau kebiruan bisa terlihat kalau kita melintas di jalan tol Surabaya – Gempol, atau kalau kita naik kereta api dari Surabaya ke arah barat. Di samping kubah, tegak menjulang ke langit menara berwarna putih. Luas bangunan dan fasilitas penunjang masjid sekitar 22.300 meter persegi, dengan dimensi panjang 147 meter dan lebar 128 meter. Kubah besar di tengah tingginya 27 meter, dan empat kubah lainnya memiliki tinggi 11 meter.
Ada 45 pintu utama, semuanya dibuat dari kayu jati berukir yang dihiasi ornamen dengan motif geometris berwarna kuning emas. Masuk ke bagian dalam masjid, siapapun akan berdecak kagum menyaksikan keindahan yang memenuhi bagian depan dinding dan plafond. Di bagian atas, dinding masjid dihiasi dengan ornamen kaligrafi sepanjang 180 meter dengan lebar 1 meter.
Kubah berwarna hijau kebiruan yang menjadi ciri khas Masjid Al Akbar bisa dilihat dari kejauhan
Pintu masjid berwarna hijau tosca dengan ornamen kuning emas, dibingkai dengan ukiran kayu jati yang indah
Mimbar tempat khatib menyampaikan khotbah
Mihrab tempat imam memimpin sholat berjamaah
Sudut tempat penyimpanan kitab suci Al Qur’an
Masjid Al Akbar (MAS) mulai dibangun pada 4 Agustus 1995 atas gagasan mantan walikota Surabaya, Soenarto Soemoprawiro. Pembangunan selesai pada 10 November 2000, dan diresmikan oleh KH Abdurrahman Wahid yang pada waktu itu menjabat sebagai Presiden RI.
Selain ruangan utama masjid yang dipergunakan untuk sholat, di MAS terdapat dua gedung pertemuan, yakni As-Shofa dan Al-Marwah. Kedua gedung ini bisa dipakai untuk resepsi pernikahan, seminar, pameran, dan sebagainya.
Kita dapat juga naik ke puncak menara dengan menggunakan lift. Dari puncak menara ini, kita dapat menikmati pemandangan kota Surabaya dari ketinggian. Sayangnya saya tidak sempat naik ke puncak menara. Bukan karena saya takut ketinggian, tapi karena waktu saya mengunjungi MAS sangat sempit.
Fasilitas lain yang disediakan di MAS adalah akses internet gratis. Terdapat tiga titik hotspot yang bisa menjangkau areal dengan jarak 100 meter di sekitar masjid. Tapi tentu saja, ketika tiba saat sholat, diharapkan semua pengguna jaringan hotspot jeda sejenak, masuk ke masjid dan sholat berjamaah …
Tempat wudlu ada di lantai bawah, sangat luas dengan puluhan kran air. Jika ada jamaah wanita yang tidak membawa mukena, ada tempat peminjaman mukena gratis yang terawat dengan baik dan bersih. Saya mengunjungi MAS sudah lewat jam empat sore, sehingga buru-buru sholat ‘Asar dulu yang dijamak ta’khir dengan sholat Dzuhur. Selesai sholat, saya keasyikan memotret (dan mengagumi) interior masjid, sehingga ketika keluar dan memotret eksterior masjid, waktu sudah menunjukkan jam lima sore, dan cahaya matahari sudah mulai suram. Dan karena saya hanya bisa memotret ala kadarnya, maka foto-foto outdoor yang saya buat hasilnya kurang memuaskan … (hayah, alasan … 😀 )
Kita bisa sholat di manapun juga, karena Allah ada di setiap tempat, dan setiap jengkal bumi ini adalah milik Allah, tetapi sholat di masjid yang megah ini tak pelak membuat kita merasa kecil di hadapanNya, dan kekhusukanpun tercipta, menghantar kita bersujud dan berdoa mengagungkanNya …
MASJID SUNAN AMPEL
Berbeda dengan Masjid Al Akbar yang masih baru dan serba modern, Masjid Ampel adalah masjid tua bersejarah yang usianya sudah hampir 600 tahun. Masjid Ampel didirikan oleh Sunan Ampel (Mohammad Ali Rahmatullah) pada tahun 1421. Beliau adalah penyebar agama Islam yang pertama di Pulau Jawa. Ketika mendirikan masjid ini, Sunan Ampel dibantu oleh para santrinya, di antaranya adalah Mbah Bolong (Mbah Sonhaji) dan Mbah Soleh. Mbah Bolong ini adalah yang menunjukkan arah kiblat pada awal berdirinya Masjid Ampel. Makam Sunan Ampel, Mbah Bolong dan Mbah Soleh dapat dijumpai di sebelah barat masjid. Ketiga makam ini menjadi tujuan ziarah puluhan ribu orang setiap tahun.
Ziarah ke makam adalah hal yang baik. Yang tidak boleh adalah jika ziarah ini salah arah menjadi syirik, yaitu ‘minta berkah’ atau ‘mohon doa restu’ dari orang yang dimakamkan. Yang benar adalah, kita mendoakan mereka yang sudah wafat, dan bukan sebaliknya.
Saya tidak masuk ke makam, cukup melihat dan berdoa dari luar saja. Ohya, ada aturan khusus bagi wanita untuk memasuki makam, yaitu harus menutup aurat. Saya tidak bermasalah karena memang sudah berjilbab, tetapi keponakan saya emoh memakai jilbab yang disediakn gratis. Maklumlah, jilbab pinjaman itu sudah dipakai puluhan, mungkin ratusan orang, sehingga risih saja rasanya … 🙂
Di depan makam Sunan Ampel. Peziarah pria dan wanita masuk dari pintu yang berbeda
Suasana di dalam makam. Para peziarah duduk di sela-sela nisan
Tata tertib bagi para peziarah dipasang di luar makam
Gentong air minum yang disediakan bagi peziarah, terletak di depan makam
Pada bulan Ramadhan, pengunjung Masjid Ampel sangat padat. Di sini ada tradisi “maleman”, yakni membaca tahlil, tadarus Al Qur’an, sholat sunah, dan i’tikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Pada tanggal-tanggal ini, pengunjung masjid bisa mencapai lebih dari 10.000 orang setiap malam. Bisa dibayangkan seperti apa semaraknya …
Sholat tarawih di Masjid Ampel dilaksanakan dengan 20 raka’at ditambah 3 raka’at sholat witir. Setiap kali sholat tarawih, imam membaca satu juz Al Qur’an, sehingga dalam satu bulan akan dikhatamkan Al Qur’an 30 juz. Oleh sebab itu, sholat tarawih di Masjid Ampel bisa memakan waktu sampai 1,5 jam.
Dalam buku “Wali Songo” yang diterbitkan Ustadz Ibrohim Ghozi pada Haul ke-544 Sunan Ampel (1994) disebutkan bahwa tiang penyangga masjid asli berjumlah 16, terbuat dari kayu jati setinggi 17 meter dengan diameter 0,4 meter, semuanya tanpa sambungan. Hingga kini, Masjid Ampel sudah mengalami tiga kali perluasan, yakni tahun 1926, 1954, dan 1972. Sekarang luas salah satu masjid tertua di Indonesia itu mencapai 1.320 meter persegi, dengan dimensi panjang 120 meter dan lebar 11 meter.
Selasar depan Masjid Ampel
Bagian dalam masjid, dengan tiang-tiangnya yang tinggi
Bagian dalam yang merupakan bangunan tambahan
Di sepanjang gang-gang masuk di sekitar masjid berderet toko, kios, maupun lapak pedagang yang menjual berbagai perlengkapan beribadah, busana muslim, gamis, kafiyeh, buku-buku agama, sampai korma dan kacang Arab. Jadi kalau Anda mendapat oleh-oleh haji dari orang Surabaya, boleh jadi oleh-oleh itu dibeli di Ampel, bukan di Makkah atau Madinah … 🙂kok info bagus aja ya, Saya tambahin ya Buk..
karena sangat ramai hati-hati banyak copet..
selain itu orang yang minta-minta banyak banget..
-AtA-
MASJID CHENG HO
Laksamana Cheng Ho adalah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok, kaisar ketiga dari Dinasti Ming. Dalam kurun waktu 1405 – 1433 Cheng Ho singgah di kepulauan Nusantara sebanyak tujuh kali. Ia berkunjung ke Samudera Pasai, Aceh, Palembang dan Bangka. Selanjutnya Cheng Ho singgah di Tanjung Priok dan Muara Jati (Cirebon). Dari Cirebon, armada Cheng Ho melempar sauh di Semarang, Tuban, Gresik, dan Surabaya. Di Surabaya, Cheng Ho sempat menyampaikan khotbah Jum’at di sebuah masjid, yang kemudian disebut sebagai Masjid Cheng Ho.
Masjid Cheng Ho yang saya kunjungi ini adalah bangunan baru, yang didirikan oleh umat muslim keturunan Tionghoa untuk memperingati jasa Cheng Ho menyebarkan agama Islam. Masjid ini menarik perhatian karena arsitekturnya yang bergaya Cina, dengan dominasi warna hijau, merah dan kuning. Lokasinya di tengah pemukiman, tepatnya di Jalan Gading, pada areal seluas 3.070 m2.
Warna hijau dan merah mendominasi Masjid Cheng Ho. Bentuk atapnya bersegi delapan dengan arsitektur khas Tiongkok.
Desain awal Masjid Mohammad Cheng Hoo diilhami oleh bentuk Masjid Niu Jie di Beijing yang dibangun pada tahun 996 M. Arsitektur masjid selanjutnya dikembangkan oleh Ir. Aziz Johan, anggota PITI dari Bojonegoro. Pembangunan dimulai pada 15 Oktober 2001 dan selesai pada 13 Oktober 2002 dengan menelan biaya 3,3 milyar. Pada tanggal 28 Mei 2003, bertepatan dengan ulang tahun PITI yang ke 42, Masjid Mohammad Cheng Hoo diresmikan oleh Menteri Agama RI, Prof. Dr. Said Agil Husain Al Munawar.
Masjid Mohammad Cheng Hoo adalah masjid pertama di Indonesia yang mempergunakan nama muslim Tionghoa, dengan bangunan bernuansa etnik Cina.
Masjid ini berukuran 21×11 meter, dengan bangunan utama berukuran 11×9 meter, dan dua bangunan sayap yang lebih rendah di kanan kirinya. Ukuran-ukuran yang diambil untuk bangunan masjid memiliki arti tertentu. Panjang 11 meter pada bangunan utama untuk meneladani ukuran sisi Ka’bah saat pertama kali dibangun oleh Nabi Ibrahim. Adapun lebar 9 meter menandai jumlah Walisongo yang menyebarkan agama Islam di Jawa. Arsitekturnya yang menyerupai kelenteng adalah untuk menunjukkan identitas muslim Tionghoa di Indonesia dan untuk mengenang leluhur yang mayoritas beragama Budha. Bagian atas bangunan utama berbentuk segi 8 (pat kwa), dimana angka 8 dalam bahasa Tionghoa disebut Fat yang berarti jaya dan keberuntungan. Di sebelah kanan bangunan masjid terdapat taman dan relief kapal Cheng Hoo, menggambarkan sejarah pelayaran Cheng Hoo ke Indonesia.
Taman di halaman samping masjid, menggambarkan pelayaran Laksamana Cheng Ho dalam misi perdamaian ke seluruh penjuru dunia
Bedug dan kaligrafi melengkapi bangunan masjid Cheng Ho
Warna-warna cerah mendominasi seluruh bagian Masjid Cheng Ho
Di kompleks Masjid Cheng Hoo juga terdapat Taman Kanak-Kanak, lapangan olah raga, kantor PITI, tempat kursus bahasa mandarin, dan kantin. Ketika kami datang kesana, kebetulan sedang ada kunjungan juga dari anak-anak sebuah TK di Bojonegoro. Anak-anak yang lucu-lucu ini mengenakan seragam warna hijau muda yang cerah-ceria, duduk di dalam masjid sambil mendengarkan salah seorang pengurus takmir masjid menjelaskan tentang Cheng Hoo dan masjidnya. Tapi namanya juga anak-anak, sebagian sibuk bermain-main sendiri. Kedatangan saya untuk mengambil foto rupanya juga menarik perhatian mereka, sehingga saya buru-buru undur diri agar tidak ‘mengacaukan’ suasana … (halah, wong cuma tukang foto amatir juga … hehe).
lho udah kelar tho, kok gak terasa ya..
terimakasih banyak Bu Tuti, karena sudah bersedia repot-repot bikin artikel disini..
padahal kan lagi sibuk ngajar dan menyelesaikan Desertasi..
semoga artikelnya bermanfaat ya.. 🙂
-AtA-
Referensi : eramuslim.com , antarajatim.com , leaflet Masjid Cheng Ho
Wew …. pengantar dari pemilik blog kayaknya berlebih-lebihan deh … *blushing*
Termasuk untuk predikat “gak begitu bisa masak” … hihihi 😀 .
Tapi biar sajalah, Tuhan maha Tahu (lho, gak bisa masak kok bawa-bawa nama Tuhan … 😀 ).
Aku bagian nyantap masakan chef Ata aja deh …
Untuk sketsa, wow …. baguuus!
Sketsa Masjid Al Akbar bagus. Jajaran pohon di latar depan mampu menghadirkan keluasan dan kerindangan halaman masjid. Ciri khas Masjid Al akbar adalah pada kubahnya yang bermotif kotak-kotak, dan ini muncul pada sketsa Ata.
Masjid Ampel, ciri yang menonjol adalah pada menaranya. Sketsa ini mampu memberikan gambaran Masjid Ampel secara utuh, yang agak sulit didapatkn dari foto, mengingat lokasi masjid yang berada di tengah pemukiman padat, sehingga sulit mendapatkan jarak pandang yang cukup untuk bisa memotret masjid secara utuh.
Masjid Cheng Ho, ini sketsa yang sangat bagus. Shadingnya mantap. Meskipun ornamen yang bercorak chinese tidak begitu detil, tetapi bentuk kubah tumpuk bersegi delapan dan ujung-ujung kubah yang runcing mampu menonjolkan karakter arsitektur China pada masjid ini …
Good job, Ata … *tahu Ata pengagum Rianti Cardwright* 🙂
Saya orang Sabah Malaysia pingin banget mau ke Surabaya mau melawat masjid yang saya pernah lihat rancangannya di Astro. Kebetulan ayah saya berasal dari sana, kok semakin melihat cerita ibu ini, kayanya saya semakin rindu mau datang ke sana. Ya Allah… berikanlah aku peluang melawat ke 3 masjid yang terkenal ini. Amin.
standing ovation untuk tulisan tamu perdana yang luar biasa ini.
kerja sama yang hebat antara Mbak Cantik dengan si pemuda keren inih.
Ataaa… sketsa mesjidnya keren abizz
Mbaaakk… cantikan sketnya perempuan yang ini dunk ah..!
Terimakasih Bundo *menjura*
Tapi ini tulisan biasa saja kok. Sekedar majang foto dan ngumpulin referensi dari sana-sini 🙂
Hahaha … ya udah, seperti kata Ata, kitasama-sama cantik (ya iyalah, masak sama-sama ganteng 😦 )
Perpaduan tulisan karya Bunda Tuti dan sketsa karya Ata… Owh wow , fabulous… fabulous… ^_^
Ata bikin sketsanya makin lancar jaya ya… 😀
Bunda Tuti, salam kenal ya… selama ini saya secret admirer loh, suka baca blognya tapi ga pernah komen… ::malu:
Terimakasih Mida … 🙂
Salam kenal juga. Wow, secret admirer? Gak bisa dapet hadiah dong … hehehe …
Kalau malu kasih komen, nulisnya sambil sembunyi di balik pintu boleh kok … 😀
Ping-balik: Tuhan Hadir Di Kampus « Tuti Nonka's Veranda
sebuah pertanyaan mendasar sekali
wanita yang tidak muslim boleh masuk mesjid ngga?
kalau gereja (katolik) memang terbuka untuk umum, siapa saja boleh masuk. kecuali naik ke altar yang ada tabernakel (lemari kecil berlampu yang dipercayai bersemayamnya Tuhan)
EM
Saya juga nggak tahu EM..
Saat di Samarinda, kalau masuk masjid (karena nggak pakai jilbab) saya boleh masuk asal pake jilbab…mereka nggak nanya kok agamanya apa….jadilah saya pinjam….(disediakan sama pengurusnya)
Saat di London, syaratnya juga sama..dan kembali saya juga pinjam jilbab disana…hehehe….kayaknya itu persyaratannya.
Dan seringnya nggak boleh motret di bagian dalam..tapi saat mengunjungi masjid di Pandaan, malah ditawari berpotret di dalam masjid.
Mbak Imel, setahu saya, siapa pun boleh masuk ke masjid. Tetapi memang ada dua kota yang hanya boleh dimasuki umat muslim, yaitu Makkah dan Madinah. Selain kedua kota itu, masjid terbuka bagi siapa saja. Kalaupun ada pengurus masjid yang melarang non-muslim masuk masjid, itu hanya karena kekurangtahuan dia saja.
Jadi, jangan ragu untuk masuk ke masjid ya Mbak. Kalaupun ragu, nanti saya antar … 🙂
wow you’re very talented… itu sketsa2nya baguuuusss banget!!!
Siapa dulu gurunya
*nepuk dada*
*uhuk! terbatuk-batuk* 😀
waaaaaaaaaaaaaaah kereeeen
cuman satu masjid yang baru aku kunjungi ^^
dan sketsanya apiiiiiik tenan…
mau donk di buatin sketsa juga hihihi
keren gambarnya….
hehehe
Salam kenal untuk Bu Tuti. Dari ketiga mesjid yang disebutkan, belum pernah sekalipun ke sana.
Salam kenal juga, Abi 🙂
Semoga suatu saat bisa berkunjung ke masjid-masjid itu ya …
Foto-fotonya bagus mbak Tuti…
Masjid Cheng Ho juga ada di daerah Pandaan….
Serasa ikut berpetualang baca perjalanannya mbak Tuti
Subhanallah, Masjid Al Akbar yang di Surabaya bagus banget. Keliatanya adem banget. Eh, ata, sketsanya keren deh hehehe
Bagus sketsanya Ta.. jadi berhubung Atta kali ini tidak menulis, waktu2nya dipakai untuk membuat sketsa.. hehe.. 27 Agustus, 29 Agustus, dan 30 Agustus.. Atta benar2 prepare buat posting ini ya.. 🙂
Yup, pertanyaannya sama dengan Mba EM.. apa aku boleh masuk masjid? Kalo dulu di Banjarmasin sih ga boleh sama teman..
Padahal ada beberapa masjid yang ingin sekali kumasuki..
Beberapa gambar di posting ini sudah sempat dikenali dari posting bu Tuti saat ke sana, memang menarik, terutama yang Cheng Ho.. sejarahnya itu unik banget.. 🙂
@ clara fort,EM :
boleh kok masuk masjid,meskipun bukan musLim 🙂
Clara, boleh kok umat non-muslim masuk masjid. Temanmu di Banjarmasin kurang pengetahuan saja, sehingga melarang Clara.
Ya, Masjid Cheng Ho memang pernah kuposting. Sekarang kuposting lagi di sini, karena kupikir banyak pembaca blog Ata yang belum pernah baca …
Kalau Masjid Al Akbar dan Masjid Ampel, rasanya belum pernah kutulis
kereen!! kereen!! sangad sketsanya..
asLi bagus bangeed,baguus banged!
suka suka suka..! igh..gak tau dech musti ngomong apa
pokoknya keren!
hemm..masjidnya bagus2 yah,Atta?
ibu tuti,makasi yaa uda kasil liputannya 🙂
cantik ibu tutinya 🙂
Iyaa …. heboh bener Peri Hutan ini … 🙂
*bayangin tampang peri hutan, lebih serem mana ya sama peri kuburan? hihihi …. piss wi3nd 😀 )
Terimakasih sama-sama, wi3nd
Masjid Cheng Ho itu asik juga Ya Ta …
Arsitektur Chinese sangat kental sekali …
“Adem” aja ngeliatnya …
Unik …
BTW
sketsa Bu Tuti yang kamu gambar …
mirip lho Ta …
Keren …
Salam saya
Om, harap Om jujur ya, yang keren goresan sketsanya atau obyek yang dibuat sket (yang berkerudung) itu? Awas kalo milih jawaban yang pertama … *ngancem.com*
perjalanan spiritual yang mengesankan ya 🙂
btw bunda Tuti cantik ya ^^
sketsana bagus Ta…, teruslah berkarya…
*)sementara q balik di wordpress, blog aku bandwidthna abis 😀
Masjid Agung emang luar biasa. Kok gak coba naik ke menaranya? 😀
Wow…saya angkat 4 jempol dech buat mbak Tuti (dgn artikel masjidnya) yang selalu asyik untuk dibaca & sketsa Masjid hasil buah karya Den AtA.
Wow…keren2….salut abisssss buat kolaborasinya.
Wah…kayaknya saya juga harus pesan satu sketsa diri dari AtA nich…..(gimana den….sempet nggak bikinin, hihihi…)
Ok, karena masih suasana puasa dan masa2 penghujung….saya hanya mengucapkan semoga puasa kita semakin lancar….amal ibadahnya semakin kenceng….biar menyambut lebaran idul fitri nanti benar2 “FITRI”. Amien…
See you AtA, mbak Tuti…Nice day for us 🙂
Best regard,
Bintang
masjid2 yang megah, indah sangat
enak kalik ya berlama2 di dalamnya
belum pernah ke ketiga masjid itu, lah ke Surabayanya aja belum
Ata… sketsanya keren abis… mau dong dibikinin sketsanya buat mamah. Mesjid Cheng Ho perpaduan seni kaligrafi cina ma arab, perpaduan yang unik ya
waw…! ini tulisan benar-benar mantap. dan bertambah paten setelah dilengkapi dengan sketsa dari si empunya blog… wuih… ini paket kumplit deh… 😀
Semoga kemegahan masjid-masjid itu menjadi pertanda “kemegahan” pemanfaatannya oleh umat Islam…
perfecto……… antara tulisan Mbak Tuti yang mencerahkan hati dan mata , juga sketsa Mas Ata yang begitu indah……… (* standing appalus*) 🙂
salam
Membaca judulnya saya kira yang jalan-jalan si Ata, gak tahunya ada bunda tutinonka yang membackup 😆 meski aku asli dari Surabaya cuma masjid Ampel saja yang pernah aku kunjungi, maklum aku merantau keluar dari Surabaya sejak 1991 (OOT)
Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan
waaaaaaahhh kayaknya asyik to perjalanannya……………salam persahabatan
Hla saya kok malah belum pernah berkunjung ke Masjid Cheng Ho ya, lokasinya saja masih asing je.
Kapan2 saya akan mengunjunginya.
Kalau ke Surbaya kontak saya ya mas-saya tak ikut melihat masjid Cheng Ho, isin aku.
salam hangat dari Surabaya
aduh saya terkesan dengan masjid Cheng Ho, saya sendiri punya impian bisa menginjak ini masjid sekaligus ngenalin ke anak saya … sembari bilang
Ini lho na salah satu leluhur kamu yang juga Muslim
hehehehe
salam
Perjalanan yang mengesankan, ukh jd agak sirik ni karena dari dulu pingin ngajakin saudara ke Cheng ho gak pernah kesampean 😦
masjidnya bagus-bagus. masuk ke sini berasa wisata rohani…
yang paling saya suka arsitektur masjid ceng ho.
lama ga kemari euy.. 🙂
banyak hal yang bisa dipelajari dari perjalanan ini… 🙂
terimakasih buat sharingnya mas…
perpaduan tulisannya keren!!
poto-potonya keren!
sketsa nya keren!!
mesjidnya… Subhanallah…indah…
jadi pengen kesana juga…..
mal;am
p cabar
salam hangat dari blue
gue sering banget tuh ngeliat masjid akbar dari jarak jauh pas lagi maen ke sby
kalo yang masjid sunan ampel baru sekali doang kesananya
hehe
Faith makes all things possible.
Hope makes all things work.
Love makes all things beautiful.
May you have all of the three.
Happy Iedul Fitri.
liputanne muantabs! 😀 empat jempot buat bu tuti dan ata 😀
SUBHANALLAH…
Ping-balik: Jalan-jalan keliling Batam.. « senyum Septa
semoga masjidnya selalu dipenuhi jama’ah untuk shalat ya, tak sekedar rekreasi.. piye toh, rekreasi moso di masjid…